Rabu, 09 November 2011

MATERI Kepemimpinan

MATER kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu studi yang seharusnya mampu dipahami oleh seorang pemimpin dalam menggerakkan roda organisasinya. Dimulai dari tahapan pengertian muncullah konsep kepemimpinan yang berisikan unsur – unsur, fungsi – fungsi dan berbagai macam gaya serta tipe kepemimpinan yang mampu dipilih dan diaplikasikan oleh seorang pemimpin. Akan tetapi perlu disadari oleh seorang pemimpin dan orang yang ingin menjadi seorang pemimpin bahwa pada hakekatnya menjadi top leadher tidak cukup memahami hal tersebut diatas. Ada lagi banyak aspek – aspek penting yang dijadikan pertimbangan – pertimbangan bagi seorang pemimpin khususnya dalam mengambil suatu keputusan. Berikut tahapan yang bisa dijadikan pedoman ataupun langkah yang efektif bagi seorang pemimpin dan orang yang ingin menjadi seorang pemimpin :

I. Pengertian Kepemimpinan.

James A.F. Stoner dan Charles Wankel (1986; p.445) yang mengutip pendapat Churchil mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan ketrampilan mengarahkan, merupakan faktor penting dalam efektifitas manajer/pimpinan.

Stephen P Robbins (1991 : p.354) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.

Robert G Owens (1995: p. 132) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin.

Gibson dkk (1997 : p.334) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi agar mencapai tujuan tertentu.

Harold Koontz, Cyril O’Donnel dan Heinz Weihrich mengatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau proses mempengaruhi orang (anggota organisasi) sehingga akan berusaha mencapai tujuan organisasi dengan kemauan dan antusiasme yang tinggi.

George R. Terry di dalam terjemahan Winardi (1985 : h.343) mengatakan kepemimpinan adalah hubungan dimana seseorang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerjasama secara suka rela dalam mengerjakan tugas untuk mencapai hal yang diinginkan pemimpin tersebut.

Kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan/ kecerdasan mendorong sejumlah orang agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Sondang P. Siagian (1994, hal 36) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti manajemen yakni sebagai motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung atas cara-cara memimpin yang dipraktekkan oleh seorang pemimpin.

II. Unsur – unsur Kepemimpinan :

Dari beberapa pengertian diatas dapat diidentifikasi unsur-unsur utama sebagai esensi kepemimpinan. Unsur-unsur itu adalah :

1. Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi.

2. Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi.

3. Unsur interaksi atau kegiatan dan proses mempengaruhi.

4. Unsur tujuan yang hendak dicapai.

5. Unsur perilaku/kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.

Pemimpin dalam konteks struktural adalah pemimpin formal diantaranya terdiri dari para manajer yang menjalankan kegiatan manajerial di dalam unit kerja organisasinya. Pemimpin dalam konteks struktural diangkat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan mengeluarkan surat keputusan pengangkatannya. Para manajer sebagai pemimpin lebih banyak dikenal di lingkungan organisasi yang disebut perusahaan dan industri atau badan usaha termasuk koperasi.

III. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan.

Strategi utama dalam kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin menjalankan fungsi sebagai anggota organisasi. Dengan strategi ini pemimpin harus mampu menempatkan diri sebagai orang dalam organisasi (in group), dan tidak dirasakan sebagti orang luar (out group). Strategi utam ini hanya akan dapat diwujdkan apabila pemimpin dalam menjalankan interaksi social dengan anggota kelompoknya, menunjukkan kemampuan memahami, memperhatikan dan terlibat dalam masalah-masalah dan kebutuhan organisasi dan anggotanya. Untuk itu pemimpin harus memiliki kemampuan mengimplementsikan fungsi-fungsi kepemimpinan agar mendapat dukungan, tanpa kehilangan rasa hormat, rasa segan dan kepatuhan dari semua anggota organisasi.

a. Fungsi Pengambil Keputusan.

Fungsi pengambilan keputusan sebagi strategi kepemimpinan sangat penting peranannya, karena tanpa kemampuan dan keberanian, pemimpin tidak mungkin menggerakkan anggota organisasinya. Pada tahap berikutnya pemimpin harus mampu mengkomunikasikan keputusan yang telah ditetapkannya pada anggota organisasi untuk dilaksanakan. Disamping itu seorang pemimpin memerlukan kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosial/ emosional dalam mengambil suatu keputusan dalam organisasi. Hal ini dimungkin jika suatu organisasi menghadapi pesaing-pesaing bisnis yang tangguh.

Dalam fungsi pengambilan keputusan , seorang pemimpin perlu mengikut sertakan anggota-anggota organisasi sesuai posisi dan tanggung jawabnya masing-masing. Pengikutsertaan dapat dilakukan dengan memberi masukan, saran, gagasan baik dalam maupun luar rapat.

Fungsi pengambilan akan lebih efektif apabila pemimpin mampu menciptakan dan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Dengan adanya SIM diharapkan keputusan yang diambil akan lebih akurat karena didasrkan pada informasi yang bersifat terkini (up to date).

b. Fungsi Instruktif.

Setiap pimpinan harus memahami bahwa didalam posisi dan perannya secara implicit terdapat kekuasaan dan wewenang serta tanggung jawab, yang harus dijalankan secara efektif. Salah satu diantaranya adalah kekuasaan atau wewenang memerintahkan anggotanya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu tugas dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi. Dengan kata lain fungsi instruktif tidak harus dijalankan secara otoriter, yang dapat berdampak pemimpin kehilangan kewibawaannya karena instruksi ditantang atau ditolak/ tidak dilaksanakan oleh anggota organisasi.

Perintah dari seorang pemimpin harus diampaikan secara jelas, baik mengenai isinya maupun dari segi bahasanya yang harus sesuai dengan tingkat pendidikan anggota yang menerima perintah. Dalam memberikan perintah sebaiknya disertai penjelasan kepada anggota organisasi yang akan melakukannya, tentang dampak atau akibat yang akan terjadi apabila perintah dikerjakan dengan salah/keliru sehingga pelaksanaan perintah akan lebih hati-hati dan teliti.

c. Fungsi Konsultatif.

Untuk lebih mengefektifkan organisasi, setiap pemimpin harus siap dan memberika kesempatan pada anggota organisasi untuk berkonsultasi dalam mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Fungsi konsultatif dapat juga berarti anggota organisasi diberi kesempatan menyampaikan kritik, saran, informasi dan pendapat yang berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi. Pelaksanaan fungsi konsultatif dapat digunakan untuk menghimpun informasi-informasi baru yang berguna untuk melakukan perbaikan kepemimpinan, terutama untuk pengambilan keputusan.

d. Fungsi Partisipatif.

Dalam Fungsi partisipatif sebagai strategi kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi terdapat dua hal yang sangat diperlukan. Yang pertama adalah kemampuan pemimpin mengikutsertakan anggota organisasi sesuai dengan posisi dan kewenangannya agar berpartisipasiaktif dalam berbagi kegiatan khususnya pengambilan keputusan. Dan yang kedua adalah kesediaan pimpinan dan pimpinan-pimpinan dibawahnya untuk berpartisipasi dalam membantu anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi khususnya pekerjaan.

e. Fungsi Delegatif.

Dalam melaksanakan kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, setiap pemimpin memerlukan dan memiliki kekuasaan/ kewenangan dan tanggungjawab yang harus diimplementasikan secara baik dan benar. Dalam menggunakan kekuasaan dan tanggung jawabnya, pemimpin harus mampu mengatur atau membuat aturan-aturan dan berusaha menegakkan dan mematuhi aturan-aturan dan berusaha menegakkan dan mematuhi aturan-aturan itu, karena merupakan bagian yang melekat secara implisit pada diri dan jabatannya. Dalam mempengaruhi orang lain agar mematuhi aturan-aturan itu, pemimpin harus lebih dahulu menampilkan diri sebagai anggota organisasi yang kepatuhannya paling prima. Dengan kata lain pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan dalam mematuhi peratuar yang dibuat atas dasar kekuasaan yang dimilikinya. Salah satu aturan yang sangat pentingadalah pembidangan dan pembagian volume kerja sesuai struktur organisasi.

Pada kenyataannya pelimpahan wewenang dan tanggungjawab sangat penting bagi pemimpin puncak dan pemimpin tingkat atas, dan sangat bermanfaat serta penting artinya bagi pimpinan tingkat menengah dan bawah.

IV. Tipe dan Gaya Kepemimpinan.

Kepemimpinan dalam organisasi adalah merupakan suatu proses yang rumit dan vital. Hal ini mungkin merupakan faktor yang benar-benar dapat membedakan antara sejumlah pemimpin yang lebih berhasil, sedangkan yang lainnya gagal didalam memimpin bisnis. Satu pendekatan awal dalam studi kepemimpinanadalah riset terhadap sifat-sifat yang esensiil bagi kepemimpinan yang efektif dan pendekatan berikutnya adalah menekankan pada perilaku pemimpin dari pada sifat-sifat pemimpin (Wexley dan Yukl, 1992). Telah banyak upaya untuk menjelaskan dan membuat kategori gaya kepemimpinan yang berbeda tetapi semuanya kembali pada mutu setiap orang sebagai pemimpin. Di dalam istilah praktis, siapapun yang menduduki peran pemimpin apakah mereka memiliki atau tidak memiliki perangai yang diinginkan, yang penting adalah dapat mencoba untuk bertindak secara efektif sebagai seorang pemimpin.

Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai bentuk / jenis kepemimpinan, yang didalamnya diimplementasikan satu atau lebih gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya.

Gaya kepemimipinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Secara relative ada tiga macam tipe kepemimpinan yang berbeda yaitu : Otokratis, Demokratis, Bebas/ Laissez-Faire (Reksohadiprojo dan Handoko,1995). Ketiga tipe kepemimpinan tersebut dijelaskan, dibawah ini :

Tipe Otokratis :

1. Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah dan tidak berani mengambil keputusan meski masalah yang dihadapi kecil/ sepele.

2. Mematikan kreativitas, inisiatif sehingga organisasi tidak berkembang secara dinamis.

3. Pemimpin tidak menyukai perubahan, perbaikan dan perkembangan organisasi.

4. Disiplin diterapkan secara kaku dan ketat.

5. Pemimpin cenderung bersifat pribadi dan semua keputusan terpusat pada pemimpin.

Tipe kepemimpinan otoriter ini cenderung diwujudkan melalui gaya pemimpin yang berorientasi pada tugas dan hasil yang secara ekstrim harus sesuai dengan keinginan pemimpin dan tidak berorientasi pada anggota organisasi sejalan dengan teori X yang beranggapan bahwa manusia pada dasarnya meiliki sifat malas, penakut dan tidak bertanggungjawab.

Berdasarkan uraian diatas tipe pemimpin yang otoriter terdiri dari beberapa gaya kepemimpinan antara lain :

a. Gaya Kepemimpinan Diktatoris (dictator).

Hampir mirip dengan gaya kepemimpinan yang otokrat akan tetapi gaya kepemimpinan ini lebih cenderung kejam dan sadis. Beberapa perilaku atau gaya kepemimpinan Diktator antara lain :

- Berperilaku sebagai penguasa tunggal yang tidak dapat diganti karena dirinya diciptakan untuk berkuasa.

- Setiap kehendak atau kemauan pemimpin diktatoris harus terlaksana.

- Orientasi kerjanya hanya pada hasil tidak perduli bagaimana cara mencapainya.

- Ucapannya diberlakukan sebagi peraturan yang tidak bisa dibantah tapi harus dilakukan.

- Adanya ancaman yang hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturannya.

b. Gaya Kepemimpinan Otokrat (autocrat) yang ditampilkan sebagai berikut :

- Berorientasi pada pelaksanaan tugas.

- Pelaksanaan tugas tidak boleh menyimpang dari instruksi pemimpin.

- Tidak ada kesempatan bagi anggota organisasi untuk menyampaikan saran, pendapat, kritik.

- Tidak berorientasi pada hub. manusiawi dengan anggota organisasi.

- Pemimpin bertolak pada prinsip bahwa “manusia lebih suka diarahkan tanpa memikul tanggungjawab”.

c. Gaya Kepemimpinan Diserter (pembelot).

Gaya ini menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin menghindari tugas dan tanggungjawab mempengaruhi dan mengarahkan anggoita organisasi daalam mencapai tujuan.

- Pemimpin keras dalam menggunakan kekuasaan pada anggota organisasi yang tidak mengikuti kemauannya.

- Pemimpin senang menyendiri dan tidak senang bergaul dan cenderuing tertutup pada anggota organisasinya.

- Pemimpin mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan.

- Pemimpin akan bekerja gigih untuk pekerjaan yang menguntungkan tapi sebaliknya atau dengan kata lain pemimpin tidak berorientasi pada hasil.

d. Gaya Kepemimpinan Missionary (pelindung dan penyelamat).

Gaya ini menunjukkan cirri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin mengutamakan orientasi hubungan dengan anggota orgaisasi. Perilaku ini didasari asumsi bahwa hub. manusiawi yang efektif sangat penting dalam membujuk anggota organisasi agar melakukan tindakan sesuai keinginan pemimpin. Dengan kata lain pemimpin menyelubungi pemaksaan kehendak melalui penciptaan kondisi yang kondusif.

- Pemimpin mencegah pertentangan atau konflik baik itu dengan orang lain atau anggota organisasi.

- Pengawasan dijadikan sarana unutuk memberi kesan bahwa pimpinan menaruh perhatian pada anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan, instruksi dan kebijakannya.

e. Gaya Kepemimpinan Kompromi (Compromiser).

Gaya kepemimpinan ini menunjukkan karakter sebagai berikut :

- Pemimpin mempertahankan kekuasaannya tidak berorientasi pada anggota organisasi tapi pda pimpinan atasannya yang berpengaruh dan menetukan jabatan kepemimpinannya.

- Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan tetapi bukan untuk memberi kesempatan menyampaikan gagasan atau kretivitas tapi untuk meyakinkan bahwa rencana keputusan tersebutu dapat diterima dan dilaksanakan.

- Tidak tertarik pada pengembangan organisasi.

- Memperalat bawahan unutuk mencapai tujuan tertentu tapi tidak menghiraukan kondisi bawahannya.

f. Gaya Kepemimpinan Otokratik Lunak (Benevolent Autocratic)

Gaya otokratik lunak menunjukkn cirri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin berorientasi pada hasil, dengan dimanipulasi berorientasi pada anggota organisasi dalam kadar yang rendah.

- Instruksi yang diberikan oleh pemimpin dapat meyakinkan anggota organisasi bahwa pelaksanaannya adalah untuk kepentingan organisasi.

- Peraturan dibuat seolh-olah untuk kepentingan organisasi padahal sebenarnya peraturan itu hanya untuk mempertahankan kekuasaan pemimpin.

- Pemimpin cenderung kurang percaya diri dan memilih orang-orang kepercayaan (kroni).

- Sanksi/ hukuman merupakan senjata dalam menuntut kepatuhan anggota organisasi/.

Tipe Kepemimpinan Demokratis :

1. Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memilik perbedaan kemampuan antara yang satu dengan yang lain.

2. Memberikan hak dn kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai makhluk social dalam mengekspresikan dan mengaktualitaskan diri melalui prestasi dalam organisasi.

3. Kerjasama dengan saling menghormati dan mengakui kelebihan dan kekurangan setiap individu dalam organisasi.

4. Memberikan perlakuan yang sama pada setiap individu sebagai anggota organisasi.

5. Memikul kewajiban dan tanggungjawab yang sama dalam menggunakan hak masing-masinguntuk mewujudkan kehidupah yang harmonis.

Sejalan dengan uraian diatas, dalam tipe kepemimpinan yang demokratis terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang sering dipakai :

a. Gaya Kepemimpinan Birokrat (Bureucrat).

Gaya kepemimpinan ini menunjukkan cirri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin mengutamakan ketaatan pada peraturan, prosedur dan mekanisme kerja yang telah ditentukan. Ketaatan ini lebih diutamakan pada hasil yang akan dicapai. Hubungan kerja formal itu ditetapkan dalam ketentuan organisasi berdasarkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam melaksanakan tugas pokok organisasi.

- Ketaatan pemimpin sesuai tugas dan wewenang merupakan cerminan ketaatan pada organisasi secara keseluruhan.

- Pemimpin mengembangkan kerjasama dengan orientasi pada posisi atau kedudukan sesuai dengan posisi/jabatannya dalam struktur organisasi.

- Pemimpin kurang aktif menciptakan dan mengmbangkan kegiatan organisasi, karena cenderung tidak menyukai perubahan dan perkembangan meskipun tidak menutup gagasan, inisiatif maupun saran dari bawahannya.

- Pemimpin lebih menyukai pekerjaan rutin yag statis dan beresiko rendah.

b. Gaya Kepemimpinan Pengembang dan Pembangun Organisasi (Developer).

Gaya Kepemimpinan Pengembang dan Pembangun Organisasi menunjukkan karakter sebagai berikut :

- Pemimpin sangat mahir dalam menciptakan, mengembangkan dan membina kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

- Pemimpin bekerja secara teratur dan bertanggungjawab sehingga efektivitas dan efisiensi kerja tinggi.

- Pemimpin mampu dan mau mempercayai orang lain dalam melaksanakan pekerjaan dan memberikan tugas dan tanggungjawab yang jelas.

- Pemimpin selalu berusaha meningkatkan kemampuan anggota organisasi sebagai bawahannya.

- Pemimpin memilki kemauan dan kemampuan membina hubungan manusiawi yang efektif.

c. Gaya Kepemimpinan Eksekutif.

Gaya Kepemimpinan Eksekutif memiliki pengertian gaya kepemimpinan oleh pemimpin pelaksana atau dalam organisasi bisnis disebut gaya kepemimpinan seorang manajer. Gaya ini memilki karateristik antara lain :

- Memiliki keyakinan bahwa anggota orgaisasi dapat bekerja dan menjadi seorang pemimpin sebaik dirinya sehingga tidak boleh diremehkan dan harus dihormati secara layak.

- Pemimpin cenderung memiliki orientasi pada kualitas pelaksanaan tugas dan hasilnya, dan menetapkan standart pekerjaan yang tinggi.

- Berdisiplin dalam bekerja sehingga disegani dan dihormati oleh anggota organisasi.

- Pemimpin memberikan motivasi kerja secara terpadu. Motivasi kerja terpadu adalah kebutuhan individu dan organisasi dapat berjalan seimbang.

- Pemimpin memilki semangat, moral, loyalitas dan dedikasi tinggi sehingga dapat menjadi teladan bagi bawahannya.

- Pemimpin terbuka terhadap saran dan kritik dan menghargai anggota organisasi sebagai rekan kerja tidak sekedar bawahan.

d. Gaya Kepemimpinan Organisatoris dan Administrator.

Gaya ini memilki cirri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin menyenangi pembagian kerja yang jelas dengan membentuk unit-unit kerja.

- Pemimpin bekerja secara berencana dengan langkah-langkah awal yang seuai dengan fungsi manajemen (Planning, organisationing, koordinatoring, staffing dll.)

- Pemimpin sanagt mementingkan data dan atau informasi mutakhir baik yang berifat kualitatif maupun kuantitaif.

- Pemimpin dalam bekerja berpegang teguh pada peraturan.

e. Gaya Kepemimpinan Resmi (Legitimate/headmanship).

Yang termasuk dalam gaya ini diantaranya Kepala kantor, Kepala Biro, atau Ketua Tim yang mendapat legitimasi untuk menjadi pemimpin melalui surat keputusan dari pejabat yang berwenang. Beberapa karateristik Gaya Kepemimpinan ini adalah :

- Pemimpin memerankan diri sebagai pelindung anggota organisasinya.

- Pemimpin menampilkan tanggungjawabnya dalam mengayomi dan melindungi dan membela anggota organisasinya karena pemimpin harus ikut bertanggungjawab atas dampaknya baik positif atau negative.

- Pemimpin harus mengutamakan kepentingan organisasinya.

- Pemimpin rela berkorban dan mempelopri dalam mewujudkan kepentingan organisasi.

Tipe Kepemimpinan Bebas/ Laissez-Faire :

1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi minimal dari pemimpin.

2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selau siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.

3. Sama sekali tidak ada partisispasi dari pemimpin penentuan tugas.

4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak berksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Sumber : Ralph White dan Ronald Lipiit, Autocracy and Democracy, Harper & Row Publishers, Inc.,1960, halaman 26-27 (dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko, 1995)

Gaya Kepemimpinan yang termasuk dalam tipe kepemimpinan ini antara lain :

a. Gaya Kepemimpinan Agitator.

- Pemimpin menciptakan pertentangan dengan memberikan kebebasan pada anggota organisasinya untuk mengambil keputusan yang dapat berbeda.

- Pemimpin memanfaatkan pendapat, gagasan atau ide yang bertentangan dari kedua atau bahkan lebih pihak yakni anggota organisasinya sendiri.

- Kepemimpinan ini bisa disebut juga provokator dan biasanya gaya ini dipakai di bidang politik.

Dengan kata lain kepemimpinan agitator adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan memecah belah anggota orgaisasi dengan memberikan kebebasan dalam membuat keputusan dan bertindak, agar a siruasi pertentangan (konflik), yang dimanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan dirinya sendiri.

b. Gaya Kepemimpinan Simbol.

- Pemimpin pada dasrnya dijalankan tanpa memimpin dalam arti yang sesungguhnya, karena tidak melakukan usaha mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organisasi tapi hanya sekedar ditempatkan, dihormati sebagai symbol pada posisi puncak.

- Pemimpin bisa lahir disebabkan oleh keturnan, tradisi atau nama besar.

- Pemimpin tidak memiliki dan menjalankan wewenang maupun tanggungjawab karena sepenuhnya dilimpahkan pada pimpnan pelaksana.

- Pemimpin biasa difungsikan sebagai penasihat atau tempat berkonsultasi.

Dari berbagai pemaparan diatas ada hal yang penting yang dijadikan pertimbangan – pertimbangan bagi seorang pemimpin. Ada jenis kepemimpinan yang disebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki empat makna. Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup tinggi. Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’ – bahasa Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi — qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Untuk menutup tulisan ini, saya merangkum kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan saya singkat menjadi 3C , yaitu:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan).

Tidak ada komentar: